Minggu, 07 April 2013

Trend Fashion Indonesia


Jakarta bakal jadi rujukan mode dunia? Barangkali selangkah lagi impian yang kerap terlontar dari para desainer, bahkan para pejabat di Jakarta itu benar-benar terwujud.

Indikasinya, perkembangan cukup pesat mewarnai dunia mode di Indonesia setahun terakhir. Dalam beberapa tahun ini Jakarta juga menjadi tuan rumah Jakarta Fashion Week dengan berbagai brand dan desainer lokal serta internasional yang turut berkolaborasi.

Hasil rancangan para desainer lokal juga makin variatif dengan ide-ide cemerlang. Seperti dalam Jakarta Fashion Week 2013 lalu, sejumlah desainer menampilkan tren mode terbarunya.

Tidak sekadar menonjolkan cutting, bermain motif, warna dan detail, tapi juga memanfaatkan kemajuan teknologi melalui teknik digital print. Aneka motif seperti motif ikat, candi, wayang dan sebagainya didapatkan dari teknik ini. Hal tersebut bisa dilihat dalam busana rancangan Ghea Panggabean dan Ari Seputra.

Selain teknik digital print, nuansa tradisional juga masih terlihat dalam rancangan busana desainer.

Dari banyaknya ide cemerlang yang terlihat di ajang Jakarta Fashion Week 2013, bagaimana para pelaku dunia mode melihat kecenderungan tren fashion tahun depan?

“Kalau saya secara pribadi, karena bidang saya adalah etnik atau segala sesuatu yang berhubungan dengan tradisi atau budaya, saya kira hampir semua desainer mulai melirik kain-kain lokal untuk dijadikan bahan rancangan,” kata Anne Avantie, perancang busana yang terkenal dengan karya kebaya.

Menurut dia, hampir semua desainer melakukan itu, meskipun mereka bukan desainer kebaya. “Bukan tradisional, tapi melirik kain-kain nasional sebagai salah satu bahan berkarya,” jelasnya.

Perancang asal Semarang ini mengatakan, sekarang begitu banyak orang bahkan para pelaku industri mempropagandakan industri lokal.

Oleh karena itu, kendati seorang desainer membuat busana internasional, namun ada sentuhan bahan kainnya. “Ada sentuhan batik, tenun, dan lurik dalam rancangan busananya,” tambah perancang busana kontemporer yang mengangkat budaya Indonesia dalam adibusana internasional.

Sementara dari sisi tren warna busana, Anne melihat bahwa sekarang ini telah diperkenalkan warna-warna dominan yang bertabrakan. Sebagai contoh, lanjut Anne, stocking warna pink bisa saja dipadupadankan dengan busana atasan warna hijau atau biru. “Mungkin di tahun depan warna-warna (bertabrakan) demikian masih terus terjadi,” katanya.

Lain lagi bila bicara soal kebaya yang merupakan karya unggulan Anne Avantie. “Sebagai pelaku industri kebaya, saya tetap mempertahankan warna soft seperti putih tulang, dan itu masih mendominasi,” katanya. Sebab, lanjutnya, itu merupakan warna-warna sakral yang umum dan nggak akan habis dimakan waktu.


“Dan sekarang tren yang saya buat adalah warna hijau telur asin, warna-warna bunga teratai. Dan ungu serta putih tulang tetap masih kita pertahankan dalam posisi sangat mutlak,” tandasnya.

Dihubungi secara terpisah, Program Director Fashion Design LaSalle College International Jakarta, Audrey Sillem mengungkapkan sekarang ini banyak rancangan fashion yang menggunakan kemajuan teknologi dengan teknik digital print.

“Saya kira yang akan menjadi tren fashion pada 2013 adalah digital print dan juga cutting agak minimalis. Sedangkan gayanya mengacu pada tren tahun 60-an atau back to sixties,” kata Audrey.

Menurutnya, digital printing merupakan teknik baru untuk printing dengan hasil seperti cetakan foto. Bukan lagi teknik sablon yang selama ini digunakan. “Jadi rancangan busana sekarang sedang fokus ke teknologi,” katanya.

Audrey mengungkapkan, kelebihan teknik cetak digital terletak pada hasil karya yang lebih variatif, lebih terang, lebih detail, dan lebih realistis karena seperti cetak foto.

Sedangkan untuk tren warna busana pada 2013, Audrey mengatakan,”Warna pastel tetap menjadi tren”. Sedangkan untuk musim dingin masih ada tren warna lebih wine, hijau gelap, dan kuning matang. “Bukan warna soft,” katanya.

Audrey menambahkan, tren fashion tidak lahir dari satu orang desainer tapi banyak orang termasuk masukan dari banyak hal. “Bisa saja ada pengaruh dari situasi politik, misalnya militer. Jika itu terjadi maka akan ada rancangan busana bergaya jas militer. Atau seperti sekarang ada event terbaru dari Jepang, maka mereka akan touch on motif dan cutting gaya Jepang,” katanya. (Marmi Panti Hidayah)